Saturday, June 24, 2017

Aldnoah.Zero EXTRA EPISODE 02 [Inaho's Past] - Chapter 1 part 1

English here
I translated from Eng ver bcus my Japanese is not A++ lol
translator: christa
tolong sertakan link ke laman ini jika ingin repost. thankyou.

Aldnoah.Zero EXTRA EPISODE 02  [Inaho's Past]
Bab 1 - A New Town (Kota Baru)
bagian 1



'Apa yang seharusnya kamu letakkan di dalam kulkas biasa di rumah biasa?'
Yuki bertanya-tanya sambil melihat-lihat rak yang agak berdebu di sebuah toko di pusat kota. 'Aku harus segera memutuskan supaya aku bisa cepat pulang.'

Dia khawatir akan adik laki-lakinya yang menunggu sendirian di apartemen yang baru saja mereka tempati. Meski begitu, tak ada satupun benda yang membuatnya tertarik, tidak peduli seberapa keras dia menatapi mereka.

Tanpa sadar, 15 menit telah berlalu. Dia mondar-mandir di antara rak yang suram; yah cuma itu yang bisa dia lakukan.

Peralatan makan di "Rumah" amat sangat besar, seolah Raksasa dalam kisah buku bergambarlah yang akan memakainya. Tak ada yang aneh sebenarnya, karena alat-alat itu memang digunakan untuk menyiapkan 153 porsi makanan.

153 porsi telur goreng, salmon rebus, dan sup miso rumput laut untuk sarapan, lalu 153 porsi kare dan sup miso daging babi untuk makan malam.

Dan mulai malam ini, hanya akan jadi 2 porsi.


Yuki mengeluh pelan, "Seharusnya aku lebih memperhatikan latihan menyiapkan makanan."

"Rumah" adalah tempat penampungan anak yang dulu Yuki tinggali. Hampir semua penguninya adalah yatim-piatu korban perang antar-planet. 

"Rumah" itu menampung 153 anak, dari bayi yang baru berumur sekian bulan sampai remaja beumur 18 tahun, dan juga 20 orang staf yang makan dan tidur di sana supaya bisa menjaga anak-anak. Rasanya hampir seperti sekolah berasrama, meski sebenarnya penampungan seperti itu bukan lagi hal yang langka setelah perang.

Di sekolah itu, hampir 30 persen dari muridnya adalah yatim-piatu. Sedang 70 persennya telah kehilangan keluarganya saat perang.

Luka karena Heaven's Fall memang dalam.

Heaven's Fall: The Hyper Gate (lit: Kejatuhan Surga: Gerbang di Luar Batas), sebuah alat teleportasi dari penduduk Martian kuno yang terbongkar di bulan, hilang kendali saat perang antar-planet dengan Mars. Hal itu menyebabkan penyimpangan ruang dan waktu, membuahkan bencana sangat parah yang belum pernah dilihat di Bumi sebelumnya; kehancuran bulan dan dampak besar karenanya, deformasi kerak bumi akibat gelombang gravitasi, dan lain sebagainya.

Tampaknya, Bumi sudah tak sama seperti dulu lagi.

Lagi pula, Yuki hampir tidak ingat hari-hari menyenangkan sebelum perang antar-planet. Dia tak tahu mana yang telah berubah dan mana yang tidak. 

Tahu-tahu, dia dan adiknya sudah menjadi yatim-piatu. Tahu-tahu, kota tempat tinggalnya adalah sisa-sisa reruntuhan.

Jika ada perubahan sangat besar pada hidupnya, mungkin itu adalah orang tuanya, yang dulunya menjaga dan menyayangi mereka kini telah tiada. Semua itu sangat menyedihkan, tapi dia tidak berpikir bahwa dirinya menjadi manusia paling tidak beruntung. Di Dunia, bahkan "Rumah", dipenuhi dengan yatim-piatu seperti dirinya. Ada juga yatim-piatu yang kehilangan orang tua sekaligus saudara kandung mereka, sendiri tanpa seorang pun yang mereka kenal. Beberapa anak bahkan tidak tahu nama mereka, atau dimana mereka dilahirkan.

Itu adalah keadaan yang sangat menyedihkan, dan kehidupan ekonomi juga tidak menunjukkan tanda-tanda membaik dalam waktu dekat. Hampir tidak ada keluarga yang mampu melakukan adopsi, jadi yatim-piatu tinggal di "Rumah" sampai umur 18 tahun adalah hal yang biasa.

Jadi mengapa Yuki, anak SMP yang masih jauh di bawah 18 tahun, meninggalkan "Rumah"?

Yah..

"Yuki-nee" (lit: Kak Yuki)

Yuki menoleh karena mendengar suara itu.

Seorang anak kecil menatapnya. Meski kosong, tapi mata anak kecil itu seolah punya kekuatan untuk melihat ke dalam hati seseorang.

'Kapan dia datang?'

Adik laki-laki Yuki berdiri di sebelahnya.

"A-ada apa, Nao-kun?" (-kun: sebutan untuk anak laki-laki) Sambil berusaha menahan diri, dia berkata sambil terbata hingga ada bintik debu dari rak terbang sedikit.

"Yuki-nee telat pulang" Inaho mengalihkan pandangan ke tangan kakaknya. "Ngomong-ngomong, Yuki-nee mau beli itu?"

"Eh..?"

Saat dia mengikuti pandangan adiknya, ada panci besi besar di tangannya.

Sepertinya dia mengambilnya tanpa sadar.

"Ah, tidak. Aku cuma lihat-lihat saja. Maksudku, ini kelihatannya bagus" Dia meracau, tidak tahu sama sekali gunanya apa panci besar itu.

Bagian bawahnya sangat bundar, apalagi panci ini tidak punya bagian datar sama sekali. Apa ini artinya ini bukan untuk diletakkan di atas meja?

Lalu kedalaman pancinya juga, dia tidak tahu apakah itu dangkal atau dalam. Dia pikir mungkin agak tidak praktis kalau untuk memasak air, terlalu besar.

Dia juga merasa kalau panci itu mirip dengan panci yang biasa digunakan saat makan masakan rebusan di "Rumah", tapi karena tidak ada tutupnya dan terbuat dari besi, mungkin panci itu dibuat untuk hal lain.

Saat dia melirik Inaho, Inaho juga menatapnya dengan tanpa ekspresi seperti sebelumnya.

"Yah, ini sepertinya sedikit besar, hahaha..." Yuki mengibaskan kedua tangannya setelah dia berhasil mengembalikan si panci dengan bagian bawah bundarnya yang tidak stabil ke rak asalnya.

"Itu Wok"

"Apa?"

"Yang barusan Yuki-nee kembalikan ke rak itu namanya Wok. Itu panci untuk membuat masakan Cina"

"Hanya masakan Cina?"

"Ya. Jadi kupikir tidak cocok untuk Yuki-nee karena Yuki-nee masih pemula dalam memasak"

"Begitu. Nao-kun tahu banyak ya"

Dia bertanya-tanya bagaimana Inaho tahu hal seperti itu padahal mereka bedua tumbuh di tempat yang sama. Kapan dia mengetahuinya?

'Ya, memang begitulah dia.'

Sisi Inaho yang seperti ini adalah salah satu alasan mengapa mereka tidak punya pilihan selain pergi dari "Rumah".



Dia terlalu cerdas untuk anak kelas 2 SD.

Tidak peduli apapun masalahnya, Inaho akan menemukan solusinya dengan cepat. Tapi itu bukan berarti Inaho punya seseorang yang mengajarinya semuanya. Meski begitu, 90 persen dari jawabannya tepat, dan 10 persennya lebih akurat daripada jawaban yang tepat. Dengan kata lain, jawaban yang tepat di antara yang tepat.

Tapi, sangat susah untuk mengetahui apa yang Inaho pikirkan karena tidak ada emosi sama sekali di wajahnya. Rasa sedih, terhibur, merajuk, tidak satupun dia tunjukkan.



Dalam pandangan pertama dia seperti anak-anak, tapi bukan anak-anak.



Saat dia bersama teman-temannya, dia jadi lebih menonjol. Aura di sekitarnya sangat berbeda dengan anak-anak lain.

'Ini buruk', pikir Yuki saat Inaho berumur 4 tahun. 'Ini benar-benar buruk. Inaho akan benar-benar terasing di "Rumah"'

Terasingkan adalah hal yang fatal dalam dunia anak-anak.

Anak-anak adalah makhluk yang akan tertarik pada sesuatu yang mereka anggap tidak biasa. Hasilnya, anak-anak nakal yang lebih tua jadi memperhatikan Inaho dan menjadikannya 'teman bermain'. Dia sering babak belur dan memar karena 'bersenang-senang'.

Menyadari hal ini, Yuki berkonsultasi dengan staf pengurus, tapi respon mereka jauh dari yang Yuki harapkan.

Yuki jengkel sekali. Meski dia dengan suka rela akan melindungi adiknya, bullying akan tetap berlanjut ketika dia tidak melihat. Belum lagi tidak ada yang bisa menjaga Inaho saat Yuki di sekolah. Jika terus seperti ini, Inaho mungkin akan mengalami hal yang mengerikan suatu hari.

Namun, berlawanan dengan perkiraan Yuki, bos bully-nya lah yang mengalami hal mengerikan.

Bukan, bukan para staf yang melakukan sesuatu atau Yuki yang membalas dendam.

Tapi Inaho sendiri yang membalas mereka.

Dan dengan cara yang tidak mungkin dipahami oleh anak-anak.


"Kalau kau punya banyak musuh, kau harus melawannya satu per satu". Inaho berkata dengan ekspresi yang bahkan tidak bisa dibaca oleh kakaknya.

Staf pengurus, yang hanya bergumam saja ketika Yuki komplain tentang adiknya yang di-bully berbicara dengan nada yang sangat dingin yang belum pernah Yuki dengar sebelumnya.

"Dia mematahkan tulangnya, lho. Ya, tulang kakinya. Ada jalan sempit yang terhubung ke taman belakang; kau tidak bisa berjalan melewatinya begitu saja. Dia menggali lubang jebakan disana, dan saat anak-anak mengejarnya, dia mendorong mereka satu per satu ke lubang itu dan menjatuhkan batu dari atas. Dia baru 7 tahun. Apa kau mengerti? Inaho hanya anak berumur 7 tahun."

Tidak lama setelah itu si staf pengurus mengernyitkan dahi dan memberi tahu Yuki tentang hal mengerikan yang dilakukan adiknya-

"Jadi, memangnya kenapa?"

Yuki nyaris tidak berhasil menelan bantahan yang dari tadi hampir dikatakannya.

Malah-

"Adikku sudah di-bully", katanya pelan, mencoba mencari simpati untuk terakhir kalinya.

Yuki tidak tahu apa yang Inaho pikirkan saat dia melakukan balas dendam.

Dia memang anak yang cerdas. Tentu dia mengerti bahwa sesuatu seperti ini pasti akan terjadi setelah dia balas dendam. Jika dia tidak bisa menahan diri, sesuatu yang lebih serius pasti akan terjadi. Yuki tidak berpikir bahwa balas dendam adalah cara yang benar. Tapi tetap saja, Inaho... adik laki-lakinya selalu punya luka atau memar baru setiap hari.

Kalau berbicara masalah luka, patah tulang memang luka yang jauh lebih serius. Tapi apa itu artinya luka ringan boleh disepelekan dan tidak pantas dianggap serius?

'Aku tidak mau menerimanya. Tidak mungkin aku bisa menerimanya.'

Si staf pengurus menghela nafas, "Tetap saja, mematahkan tulang itu balas dendam yang kejam. Itu bukan sesuatu yang biasa dilakukan anak seusianya"

Yuki mendapat jawabannya sebelum si staf pengurus selesai berbicara.

"Kami akan pergi. Mulai sekarang, Inaho dan aku akan tinggal bersama, berdua saja."



Bulan Maret, saat Inaho baru saja berumur 8 tahun, kakak-beradik tersebut meninggalkan "Rumah". Libur musim semi telah datang.



Negara memberikan sejumlah dana kepada yatim-piatu korban perang, tak peduli seberapa kecil nominalnya.

Jika seorang yatim-piatu tinggal di "Rumah", dana tersebut akan diberikan penuh ketika mereka dewasa. Tapi jika si yatim-piatu tidak tinggal di "Rumah", maka keluarganya atau representatif resminya yang akan mewakili pengurusan dana tersebut sampai mereka dewasa.

Juga, jika harus meninggalkan "Rumah" karena suatu alasan, mereka bisa tinggal di tanah pinjaman dari pemerintah sampai mereka dewasa. Sebenarnya sistem ini meniru negara yang jumlah yatim-piatu korban perangnya sangat langka dan tidak ada yang mampu bekerja di fasilitas seperti "Rumah".

Yuki dan Inaho pindah ke daerah yang menggunakan sistem ini, dimana tidak ada "Rumah" yang dibangun untuk mengevakuasi penduduk.

Shinawara, sebuah kota provinsi dengan pelabuhan antariksa.

Kelihatannya kota ini lumayan maju di masa lalu, namun berubah drastis karena bencana yang ditimbulkan oleh Heaven's Fall. Bisnis-bisnis lokal direlokasi dan bangkrut satu demi satu. Yang tersisa hanyalah mall di sekitar stasiun, distrik belanja, dan taman yang telah diperbaharui di daerah pesisir.


Di tanah inilah, sang kakak-beradik membangun Rumah mereka, hanya untuk mereka berdua saja.

No comments:

Post a Comment