I translated from Eng ver bcus my Japanese is not A++ lol
translator: christa
tolong sertakan link ke laman ini jika ingin repost. thankyou.
Aldnoah.Zero EXTRA EPISODE 02 [Inaho's Past]
Bab 3 - A Den of Angel Wings (Sarang Sayap Malaikat)
bagian 5
Getaran beritme kereta yang damai membawa suasana nyaman untuk mereka berdua.
Jika bukan karena suara gesekan antara kereta dan rel yang terus-menerus terdengar, mereka mungkin sudah tertidur sekarang.
"Nao-kun, aku ingin kau memberitahuku. Kenapa dulu kau balas dendam pada kakak kelas yang membully-mu?" Kakak Inaho bertanya dengan nada pelan, bahu Inaho sedikit gemetar mendengar pertanyaannya. "Aku tahu Nao-kun pintar, jadi seharusnya kau sudah tahu kan apa yang akan terjadi jika kau membalas mereka seperti itu?"
'Kau pasti punya alasan yang jelas, kan?'
Inaho menundukkan kepalanya. Matanya menatap tangannya yang kini mengepal.
Saat itu, Yuki paham Inaho sedang marah.
"Aku tidak bisa membiarkan mereka melakukannya."
"Melakukan apa?"
"Mereka tidak puas dengan reaksiku saat mereka menggangguku. Jadi mereka akan berbuat jahat pada Yuki-nee setelah itu."
Sepertinya mereka akan melempari Yuki dengan batu dari lantai 2 untuk melihat reaksi Inaho.
"Kenapa tidak bilang pada staf...?"
"Aku pikir mereka tidak akan mempercayaiku. Mereka selalu memalingkan pandangan mereka saat aku terluka."
Inaho tidak menyangka kalau jika tetap seperti itu, mereka akan menyakiti kakaknya.
Dia mengerti bahwa menyakiti orang lain adalah hal yang buruk. Dia sudah bisa membayangkan omelan dan cibiran yang akan dia terima. Tapi jika Yuki, keluarganya yang berharga, akan disakiti, maka itu harga yang murah.
"Maafkan aku, Yuki-nee." Inaho bergumam.
Yuki mendekatkan bahu Inaho sedekat mungkin dengan dirinya. "Terima kasih, Nao-kun... Tapi kupikir kau agak berlebihan dengan batunya."
"Yah. Aku pikir juga begitu."
"Baguslah jika kau berterus terang." Yuki berkata seraya mengusap kepala adiknya. Inaho sedikit mendorong kakaknya dengan sikunya. Awalnya Yuki mengira dia malu, tapi ternyata dia sedang melihat ke arah saku dadanya. "Ada apa?"
"Sarang sayap malaikatnya tidak ada."
"Eeeh?" Yuki segera melepaskan bahu adiknya.
Inaho berdiri dan merogoh-rogoh kedua saku dada dan saku celananya. Setelah menyadari apa yang dia cari tidak ada dimana pun, dia kembali duduk.
"Aku taruh di sakuku, tapi sepertinya jatuh."
"Wah, sayang sekali. Kalau itu memang sesuatu yang penting, seharusnya tidak kau letakkan di saku karena gampang jatu-"
"Aku tahu. Aku ingin sesuatu yang bisa mengingatkanku tentang hari ini."
"Huh? Mengingatkankanmu..?"
"Iya, karena kita tadi tidak bisa melihat burung... Tapi ya sudahlah." Inaho menjelaskan, tidak merasa sedih ataupun kesal. "Aku mungkin tidak akan bisa melupakan hari ini. Jadi tidak apa-apa."
"Begitu..."
Kehangatan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata memenuhi hati Yuki.
Mungkin, mungkin saja, yang tidak merasa bahwa mereka memiliki satu sama lain adalah Yuki.
Sekarang semua telah jelas di mata Yuki.
"Nao-kun, pegang tanganku."
"Kupikir kita selalu bergandengan tangan."
"Jadi apa masalahnya? Ayolah, kemarikan tanganmu."
"..."
Tidak menjawab apa-apa tapi membiarkan tangannya di pangkuan kakaknya, tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa mengerti bahwa adiknya sekarang sedang "merasa malu" kecuali Yuki.
Adiknya memang selalu pintar bicara. Ekspresinya mungkin tidak pernah berubah, tapi dia selalu mengatakan dengan jelas apa yang disukai dan tidak disukainya, bahkan ketika berbicara santai dengan kakaknya.
Yuki terlalu terpaku dengan apa yang tidak dia ketahui, dengan ekspresi adiknya yang tidak pernah berubah, jadi dia tidak pernah bisa mengerti. Tapi Inaho tidak pernah berubah. Yang selama ini menutup matanya adalah Yuki.
Sekarang dia tidak akan mengulang kesalahan yang sama, tidak akan pernah.
Pemanas di kereta membuat suasananya jadi lebih rileks setelah obrolan berat tadi.
Jendela biru-indigo memantulkan sosok kakak-beradik yang tidak berdaya itu. Ya, sekuat apapun mereka, mereka hanyalah anak-anak yang tidak bisa melindungi diri mereka sendiri.
Meski begitu, mereka masih bisa menjadi anak-anak sedikit lebih lama. Itulah yang Yuki percayai.
Dia yakin, suatu hari nanti akan datang saat dimana mereka bisa menjadi apapun yang mereka inginkan.
No comments:
Post a Comment