tolong sertakan link ke laman ini jika ingin repost. thankyou.
Shuumatsu Nani Shitemasu ka? Isogashii desu ka? Sukutte Moratte Ii desu ka?
(Saat Dunia Berakhir, Apa yang Akan Kau Lakukan? Apa Kau Sibuk? Apa Kau Akan Menyelamatkanku?)
Bab 2 - Di Dunia Senja Ini.
Bagian 1 - Kucing Hitam dan Gadis Kelabu
Seekor kucing hitam sedang berlari. Bukan sekedar berlari, melainkan berlari dengan sangat cepat. Melewati gang yang paling sempit, melompati tembok paling tinggi, dan melompat dengan anggun di antara atap toko kelontong di pinggir jalan.
Area ini, yang dikenal dengan Medlei Market (Pasar Medlei), dulunya adalah pasar hanya ada sebulan sekali. Seiring berjalannya waktu, karena banyak pembangunan yang tidak terencana dan pelebaran gedung-gedung, tempat ini berubah menjadi labirin raksasa, cukup menakutkan untuk membuat para pengunjung baru yang lewat kebingungan.
Di antara labirin raksasa itu, si kucing hitam berlari dengan kecepatan penuh. Kenapa si kucing berlari? Dia sedang kabur. Kabur dari apa? Tentu saja dari yang mengejarnya.
"Tungguuuuuuuu!!" si pengejar menangis, susah payah untuk mengimbangi kecepatan si iblis kecil. Gadis muda itu baru saja melewati gang sempit, berguling-guling di atas tembok tinggi, dan jatuh dengan suara keras dari atap toko kelontong di pinggir jalan (yang setelah itu dimarahi pemilik tokonya). Meski begitu, mata birunya tetap melihat ke depan, tidak melepaskan pandangan dari kucing hitam itu.
Si gadis menggunakan baju yang lumayan simpel: topi abu-abu yang dipakai sangat ke bawah sampai hampir menutupi matanya, dan mantel dengan warna yang sama. Dilihat dari kombinasi itu, dia mungkin tidak ingin menarik perhatian, tapi teriakannya terhadap si kucing dan larinya yang seperti orang gila malah membuyarkan semua niat awalnya.
"Aku bilang... Tunggu..." Ujung mantelnya terkepak ke atas dan bawah. Si gadis melanjutkan pengejarannya, menendang kepulan debu dan membuat kaleng-kaleng cat kosong di sekitar sana berantakan ketika dia lewat. Berlari dengan kecepatan menyeramkan di jalan sempit begitu, si gadis banyak dilirik oleh berbagai macam orang: seorang Orc pemilik toko serba ada, Reptrace bersisik pemilik toko karpet, atau sekelompok Lucantrobos mirip serigala yang kebetulan lewat.
Lalu tiba-tiba, si kucing hitam berhenti.
"Yeah!" Si gadis mengambil langkah besar ke depan, tidak mau kesempatan ini hilang. Saat dia mendekat, saat hampir dapat, si kucing hitam melihatnya, memperlihatnya benda perak di mulutnya. Si gadis membuka tangannya lebar-lebar dan memeluk buruannya.
Sebelum dia punya waktu untuk merayakan hal itu, entah kenapa, perasaan mengambang yang aneh melanda seluruh tubuhnya. Setelah itu dia baru menyadari, tidak ada apa-apa di bawah kakinya.
"Eh?"
Penglihatannya akan Medlei Market berputar-putar dan menjadi kabur. Si gadis terlambat beberapa saat untuk menyadarinya. Karena terlalu fokus akan mangsanya yang sangat dekat, dia tidak menyadari kalau jalan yang dia lalui barusan adalah atap dari kompleks apartemen.
"Ah..."
Langit biru berhiaskan awan putih memenuhi pandangannya. Masih memeluk si kucing hitam, si gadis terjatuh. Tepat di bawah mereka, dia melihat Kompleks Pertokoan Briki Barat nomor 7, yang rata-rata tokoknya menjual panci metal keras dan pisau dapur super tajam. Kalau melihat tinggi gedung di sekitarnya, dia memperkirakan masih ada 4 lantai lagi sampai dia sampai ke bawah.
Si gadis mengumpulkan tenaganya dan berhasil menciptakan cahaya samar yang mengelilingi tubuhnya. Mereka yang memiliki kemampuan untuk melihat Spell Veins (Mantra Pembuluh Darah) akan bisa melihat Venom di dalam tubuhnya berusaha memercikkan diri. Tapi apapun yang gadis itu ingin lakukan dengan Venomnya, itu sudah terlambat.
'Venom' adalah substansi dalam tubuh seperti lidah api. Percikan kecilnya tidak begitu berguna, tapi dalam skala besar bisa menghasilkan kekuatan yang sangat luar biasa. Tapi untuk menghasilkan api sebesar itu membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Dengan kata lain, Venom tidak begitu berguna jika kau membutuhkannya secara tiba-tiba, seperti keadaan si gadis saat ini.
Dua tubuh, satu manusia dan satu kucing, terus terjatuh. Cahaya samar yang keluar dari tubuh si gadis menari dengan sia-sia sebelum akhirnya menghilang. Si gadis bahkan tidak punya waktu untuk berteriak. Paving batu, yang tadi sepertinya masih jauh, semakin mendekat dengan kecepatan yang gawat. Dia tidak sengaja mengeratkan pelukannya terhadap si kucing yang meraung-raung. Tidak berdaya dengan kekuatan gravitasi, si gadis menutup matanya dan bersiap untuk kejatuhannya.
Seorang gadis terjatuh dari langit. Dilihat dari penampilannya, mungkin umurnya belasan tahun, dan jatuhnya lumayan cepat. Kalau tetap seperti itu, dia pasti akan mengalami tabrakan hebat dengan jalanan yang dipenuhi batu, sebuah skenario mengerikan yang tidak cocok untuk siang hari yang damai ini.
Pemandangan itu yang yang pertama kali dilihat Willem saat dia iseng melihat ke atas. Sebelum otaknya memproses apa yang sedang terjadi, kakinya bergerak sendiri. Dia berlari ke arah jatuhnya gadis itu dan melebarkan tangannya, bersiap untuk penangkapan.
Tidak lama, Willem menyadari bahwa dia meremehkan momentum jatuhnya si gadis. Tangannya yang payah tidak bisa menahan berat si gadis yang sudah ditambah oleh gaya gravitasi. Willem terjatuh di bawah tubuh si gadis dan menjerit seperti kodok tertindas mobil.
"Aduh..." Dia mengerang sambil berusaha menarik nafas.
"M-maaf!!"
Si gadis, yang sepertinya sudah membaca situasi, lompat dan mulai panik.
"Apa kau terluka?! Apa kau masih hidup?! Apa ada organ yang hancur?! Ap-"
Si gadis yang kebingungan lupa akan kucing di dalam pelukannya, yang mengambil kesempatan ini untuk kabur. Si gadis langsung reflek menangkapnya kembali, tapi yang berhasil ditangkapnya hanyalah udara. Si kucing hanya butuh waktu sepersekian detik untuk menghilang di antara kerumunan orang.
Sebuah teriakan keluar dari mulut si gadis, setengahnya karena dia kehilangan hewan yang menyebabkan kekacauan ini, setengahnya lagi karena menyadari penampilannya. Entah sejak kapan, mungkin saat dia berlari seperti orang gila atau saat dia terjun bebas, topi yang dia kenakan hingga hampir menutupi matanya lepas. Rambutnya yang berwarna biru langit terurai indah melewati bahunya.
Hey, lihat gadis itu.
Dia mendengar bisikan dimana-mana. Para pejalan kaki dan penjual di Kompleks Pertokoan Briki Barat nomor 7 menghentikan aktifitas mereka untuk melihat wajah dan rambut si gadis.
Di kumpulan pulau mengambang ini, yang biasa disebut Regul Aire, hidup berbagai macam ras, yang semuanya hampir tidak berhubungan dengan Visitor. Tentu saja, dengan banyaknya ras maka akan ada banyak penampilan. Ada yang punya tanduk yang muncul di kepala mereka, taring sangat panjang sampai keluar mulut mereka, sisik yang menutupi seluruh tubuh mereka, atau bahkan wajah yang kelihatannya seperti campuran acak dari beberapa hewan buas.
Dengan keberagaman itu, sedikit sekali ras yang tidak punya tanduk, taring, sisik, atau sesuatu yang seperti monster. Meski begitu mereka tetap ada. Ras yang tidak punya ciri tertentu, atau 'tanda', yang mana identitas mereka gampang sekali ditebak dan biasa disebut dengan 'Disfeatured'.
(Note: Disfeatured atau Tanpa Tanda, selanjutnya akan disebut Disfieatured)
Kenapa dia di sini?
Sial, ini pasti bawa sial.
Biasanya, para Disfeatured dijauhi oleh ras lain. Menurut legenda, ras yang bernama manusia, atau Emnetwiht, membawa malapetaka ke tanah luas di bawah dan membuat semua ras lain terpaksa tinggal di langit. Karena Emnetwiht sangat mirip dengan Disfeatured, wajar jika ada pemikiran bahwa mereka yang penampilan luarnya mirip akan bertingkah mirip pula. Para Disfeatured pun dianggap pendosa dan jahat. Meskipun penyiksaan karena ras jarang terjadi, terekspos secara publik bahwa dia adalah seorang Disfeatured membuat si gadis malu.
Ada hal lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan si gadis membuat situasinya semakin parah. Wali Kota dari kota ini sebelumnya, adalah contoh konkrit dari politisi yang buruk. Menerima suap, menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh saingan politiknya, dan membeli semua aset kota untuk kepentingannya sendiri. Tidak lama, Kongres Pusat mengusirnya dari pulau dan semua orang hidup bahagia setelahnya... Tapi Wali Kota itu kebetulan adalah seorang Imp. Imp, bagian dari ras Ogre, dulunya bersembunyi di antara Emnetwiht dan mempengaruhi mereka agar menjadi jahat. Hasilnya, penampilan mereka berevolusi menjadi sangat mirip dengan manusia dan Disfeatured lainnya. Sekarang, setiap kali mereka melihat seorang Disfeatured, mereka pasti akan ingat akan kebencian mereka terhadap Wali Kota sebelumnya.
Saat tidak ada yang menyerangnya baik secara kata-kata maupun fisik, si gadis merasa tatapan orang-orang itu seperti jarum yang menusuk wajahnya.
"B-baiklah, aku akan segera pergi, jangan khawatir..."
Si gadis bediri dan berusaha menghindari pandangan orang-orang, tapi ternyata dia tidak bisa bergerak. Willem, yang masih terbaring di jalan, memegang pergelangan tangannya.
"Kau lupa sesuatu." Dia mengeluarkan tangannya yang lain dan meletakkan bros kecil ke tangan si gadis kecil.
"Ah..."
"Kucing hitam tadi menjatuhkannya. Kau mengejarnya karena ini, kan?"
Si gadis mengangguk pelan. "Te-terima kasih." Si gadis yang masih bingung, dengan hati-hati menerima brosnya dan menggenggamnya dengan kedua tangannya.
"Kau baru di sini?"
Si gadis mengangguk lagi.
"Begitu... Yah, mau bagaimana lagi." Willem berkata sambil mengela nafas. Dia cepat-cepat berdiri, melepas jubahnya dan mengenakannya di kepala si gadis. Tanpa tudung kepalanya, penampilan Willem terlihat oleh orang-orang. Sekali lagi, keributan terjadi di antara kerumunan orang itu, tapi pandangan mereka sekarang tertuju pada Willem.
"Eh..." Si gadis melenguh kaget.
Willem memang tidak bisa melihat wajahnya sendiri, tapi dia tahu betul dirinya terlihat seperti apa. Dia mengerti apa yang baru saja orang-orang dan gadis yang berdiri tercengang di depannya lihat. Rambut hitam yang kusut. Tanpa tanduk. Tanpa taring. Tanpa sisik.
"Ayo pergi."
Dia menggenggam tangan si gadis dan mulai berlari. Si gadis, yang benar-benar bingung mengikutinya dengan setengah berlari. Mereka meninggalkan jalan tadi dan menemukan toko topi, dimana Willem membeli sesuatu untuk menutupi kepala si gadis.
"Kurasa ini cukup."
Meskipun agak kebesaran, topinya cocok untuk si gadis. Willem mengangguk puas dan mengambil kembali jubahnya.
"Uh... Ini apa...?" Si gadis bertanya malu-malu.
"Jadi yang lain tidak akan sadar kalau kau Disfeatured."
Para Disfeatured seperti Willem dan si gadis biasanya dijauhi orang-orang, tapi bukan berarti mereka benar-benar dibenci. Asal kau tidak melakukan sesuatu yang mencurigakan, mereka biasanya akan membiarkanmu. Tapi memang lebih baik kalau mereka tidak tahu.
"Aku tidak tahu dari Pulau Melayang mana, tapi tempat ini tidak begitu menerima Disfeatured. Lakukan yang harus kau lakukan secepat mungkin dan pergilah dari sini. Pelabuhannya di sebelah sana." Willem berkata sambil menunjuk sebuah jalan. "Kalau kau merasa tidak aman, aku bisa mengantarmu."
"Ah.. tidak, bukan itu..." Si gadis bergumam.
Willem kesusahan membaca ekspresi si gadis. Karena perbedaan tinggi mereka, belum lagi topi kebesaran yang menutupi wajahnya, yang dibeli agar penyamarannya oke, entah kenapa malah mengurangi kemampuan komunikasi mereka berdua.
"Apa kau... Disfeatured?"
"Benar. Kau lihat wajahku tadi kan?" Willem mengklarifikasi sambil mengangguk dibalik tudung kepalanya.
"Kalau begitu kenapa kau di sini? Pulau ini yang paling benci Disfeatured di seluruh bagian barat Regul Aire kan?"
"Kau bisa terbiasa hidup dimana saja. Memang benar ada hal-hal yang tidak menyenangkan di sini, tapi kalau kau terbiasa, tempat ini lumayan nyaman kok." Dia membalas. "Kalau kau tahu tentang itu, kenapa datang ke sini?"
"Yah.. itu..."
Si gadis jelas terlihat seperti tidak mau menjawab. Willem hampir merasa bersalah karena sudah bertanya. Dia menghela nafas dan mulai berjalan, memberi tahu si gadis untuk mengikutinya. Namun si gadis tidak bergerak.
"Sekarang apa? Kau tidak mau ditinggal, kan?"
"U-umm... terimakasih banyak, untuk semuanya." Si gadis berkata dengan panik, setengah wajahnya tertutupi topi besar itu. "Dan masalah yang aku timbulkan... aku minta maaf. Juga... itu... Aku tahu aku tidak pantas berkata begini... tapi... ah..."
Willem menggaruk kepalanya. "Tempat yang ingin kau kunjungi? Dimana itu?" Ekspresi si gadis tiba-tiba menjadi cerah karena kata-kata itu, mungkin. Dia hanya bisa melihat setengah wajah si gadis, jadi dia tidak begitu yakin.
Seperti yang sudah disadari oleh si gadis, agak sulit untuk menemukan jalan di area Medlei Market. Meski kau tahu kemana kau akan pergi, kemungkinan besar kau akan tersesat setelah beberapa jalan memutar yang tidak terduga.
Mereka berdua bediri di atas Menara Garakuta, tempat tertinggi di pulau itu, setelah perjalanan yang lumayan panjang dan menyenangkan di jalan yang seperti labirin. Meskipun Willem tinggal di sana, mereka akhirnya tetap harus bertanya pada Golem, penjaga yang disiapkan pemerintah di jalan. Pertigaan yang diingat Willem ternyata sudah berbubah jadi perlimaan. Mereka juga tidak sengaja tersandung Frogger yang sedang mandi, dikejar-kejar sapi gila dan berhasil kabur, tapi malah jatuh ke kandang ayam dan berusaha menyelamatkan hidup mereka dengan meminta maaf dengan amat sangat sungguh-sungguh kepada Ballman, pemilik ayam-ayam itu.
Singkatnya, mau kemanapun di kota ini butuh perjuangan. Untungnya, Willem menyadari kalau si gadis sedikit lebih tenang karena petualangan mereka. Dia akan tertawa dan berkomentar dengan riang setelah bencana yang mereka alami. Willem tidak tahu apa itu sifatnya yang sebenarnya atau dia hanya terpengaruh kekonyolan dari keadaan mereka, tapi yang seperti ini lebih baik daripada sikap pendiamnya tadi.
Si gadis bersandar pada pagar tipis di ujung menara dan menghembuskan nafas karena kagum. Saat melihat dari ketinggian ini, kota yang ramai itu terlihat seperi lukisan detail yang dilukis dengan teliti dan indah. Jalanan berkelok kompleks yang terlukis di kanvas terasa menyebar sendiri, seolah mereka hidup dan bukan hasil dari konstruksi para pekerja bertahun-tahun yang lalu.
Jika sedikit jinjit, pelabuhan akan terlihat. Terletak di paling ujung pulau dan berfungsi sebagai pintu masuk, di sana tersedia fasilitas untuk pesawat mendarat dan lepas landas. Di balik pelabuhan berlapis metal tampak langit biru yang luas, sejauh apapun si gadis melihatnya.
Langit ini, dimana lebih dari ratusan batu melayang, yang dinamakan 'Pulau Melayang', menyediakan satu-satunya perlindungan dan kebutuhan supaya orang dapat hidup. Tanah asal kehidupan terletak di bawah sana, tidak terjangkau.
"Ada apa?" Si gadis bertanya, menoleh pada Willem.
"Ah, tidak. Cuma menikmati pemandangan." Dia menggeleng dan menjawab dengan senyum hangatnya yang biasa.
Si gadis tertawa pelan. Lalu setelah memastikan tidak ada yang melihat, dia melepas topinya. Rambutnya, yang berwarna seperti langit yang mengelilingi mereka, terurai bebas terbawa angin.
"Apa karena ini kau ingin ke sini? Karena pemandangannya?"
"Ya. Aku sudah melihat pulau-pulau dari tempat yang lebih tinggi atau lebih jauh dari ini sebelumnya, tapi aku tidak pernah dapat kesempatan untuk melihat kota dari menara tinggi di tengah kota sampai sekarang."
Dia pasti tinggal di pulau dekat perbatasan, pikir Willem.
"Kupikir pasti menyenangkan." si gadis berhenti sejenak, sekali lagi melihat langit tanpa batas, lalu melanjutkan, "Hmm... keinginanku terkabul, dan aku punya kenangan yang indah. Kupikir aku sudah tidak punya penyesalan lagi."
Dia mengatakan sesuatu yang menyeramkan...
"Terima kasih untuk hari ini ya. Sungguh," Si gadis melanjutkan. "Aku bisa melihat banyak hal indah, semua karenamu."
"Rasanya itu agak berlebihan." Willem menggaruk kepalanya. Baginya, kejadian hari ini terasa seperti menemukan kucing liar yang aneh di pinggir jalan lalu mengajaknya jalan-jalan. Kebetulan saja dia punya waktu luang, jadi dia melakukan hal yang berbeda dari biasanya untuk ganti suasana. Rasanya aneh kalau diterimakasihi hanya karena itu. "Jadi... apa itu jemputanmu?"
"Eh?"
Willem menunjuk ke belakang si gadis. Si gadis berbalik dan mengeluh singkat, ekspresinya seperti campuran antara kaget dan bingung. Di sana berdiri sosok Reptrace yang besar dan seram, yang dari tadi tidak disadari si gadis.
Dibandingkan dengan ras lain, Reptrace yang seluruh tubuhnya ditutupi sisik punya berbagai macam tipe bentuk tubuh. Reptrace biasa punya ukuran tubuh yang hampir sama dengan ras lain, kadang ada juga yang hanya tumbuh sampai ukuran anak kecil, sebaliknya ada juga yang tumbuh besar sekali sampai rasanya konyol.
Si Reptrace yang berdiri di sana termasuk di grup yang paling terakhir. Mereka bediri, berpakaian militer, dan mengeluarkan aura yang mengintimidasi.
"...Kupikir juga begitu. Tadi benar-benar menyenangkan, seolah seperti mimpi. Tapi aku harus bangun sekarang." Si gadis berkata dengan intonasi yang sedikit sedih. Dia berbalik dan, sebelum berlari ke arah Reptrace, mengatakan sesuatu ke Willem, "Ada satu hal yang kuminta padamu... Tolong lupakan aku."
Apa? Willem diam saja, tidak tahu harus menjawab apa. Dia tahu si gadis punya masalah tertentu. Tapi dari apa yang bisa dia simpulkan, masalah itu sepertinya tidak membuatnya menderita. Kalau begitu, tidak ada gunanya bagi Willem untuk ikut campur. Kalau pemilik si kucing liar datang, tidak perlu lagi mengajaknya jalan-jalan.
Si gadis berbalik untuk terakhir kalinya dan menundukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih, lalu menghilang bersama dengan para Reptrace.
"Kalau berdiri bersebelahan, perbedaan tingginya kentara sekali..." Willem bergumam sambil melihat mereka pergi.
Dari kejauhan, terdengar lonceng menara pelabuhan bendenting, menandakan hari sudah menjelang sore.
"Ah, sudah jam segini..."
Tidak lama lagi, dia ada janji dengan seseorang. Willem memandang sekali lagi jalanan indah di bawah dan langit biru di atasnya, lalu pergi ke kota ramai itu sekali lagi.
526 tahun telah berlalu sejak Emnetwiht punah. Tidak ada sumber terpercaya yang mencatat apa yang terjadi di bawah sana. Buku-buku sejarah menulis hal yang berbeda-beda dan masing-masing mengklaim bahwa tulisan mereka benar, tapi tidak ada yang tahu apa itu benar-benar bisa dipercaya atau tidak. Bisa saja itu hanyalah hipotesis liar dari sejarawan yang bahkan tidak hidup saat kejadian itu terjadi. Meski begitu, ada beberapa poin yang konsinten di antara mereka.
Pertama, Emnetwiht atau manusialah yang membawa malapetaka. Mereka hidup makmur, menambah jumlah mereka dengan cepat, dan menyebar di seluruh penjuru bumi selama bertahun-tahun. Tapi lambat laun hal itulah yang membuat ras mereka mengalami kejatuhan. Karena tersebar dimana-mana, sangat mudah bagi ras lain untuk menyerang mereka. Mereka menghadapi ancaman terus menerus dari Montrous, nama dari sekumpulan makhluk hidup yang liar dan berbahaya. Para Iblis dan Raja Iblis terus mempengaruhi para manusia agar jatuh dalam kehancuran. Pertempuran kecil dengan para Orc dan Elf juga sering terjadi karena perebutan wilayah. Ancaman juga datang dari dalam, beberapa kelompok manusia dikutuk dan berubah menjadi Ogre, yang akhirnya menyerang kerabat mereka sendiri. Meski amat sangat jarang, manusia juga menghadapi serangan dari musuh terkuat mereka, para Visitor.
Belum lagi, Emnetwiht adalah salah satu ras yang paling lemah. Mereka tidak punya sisik, taring, cakar, atau sayap, dan juga tidak bisa menggunakan sihir yang kuat. Satu-satunya kelebihan mereka yaitu berkembang biak dengan cepat, dikalahkan oleh Orc. Meski begitu, manusia masih menguasai sebagian besar wilayah di bumi.
Berdasarkan satu teori, sebagian besar kekuatan militer mereka berasal dari grup prajurit sukarela yang dinamakan para Petualang dan para Aliansi, sebuah organisasi yang menyokong aktifitas para Petualang. Mereka mengimprovisasi kemampuan bertarung para prajurit dengan membagi mereka menjadi beberapa kelas dan mengelompokkannya sesuai keahlian untuk latihan yang lebih baik. Bahkan mereka berhasil menyegel kemampuan magis, yang amat sangat langka bagi manusia, menjadi jimat spesial yang dinamakan Talisman untuk dibuat replikanya dalam jumlah besar. Dengan beberapa metode improvisasi ini, para Petualang menjadi kekuatan bertempur yang hebat dibanding manusia biasa.
Teori yang berbeda mengatakan adanya sekelompok pahlawan yang bernama para Brave, yang berbeda dengan para Petualang. Para Brave mengubah karma dan takdir dalam jiwa mereka menjadi kekuatan yang sangat besar dan tidak terbatas. Hanya saja, hanya orang-orang 'terpilih' yang bisa menjadi Brave.
Lain lagi dengan teori yang mengatakan bahwa Emnetwiht bergantung pada pedang spesial bernama Kaliyon. Pedang-pedang itu terdiri dari belasan Talisman, yang masing-masing kekuatannya menghasilkan interfensi kompleks yang saling menguntungkan, dan menghasilkan kekuatan destruktif yang tidak tertandingi.
Tentu saja semua teori itu terdengar sangat konyol, dan kau akan kesusahan untuk mencari orang yang benar-benar percaya akan hal itu. Tapi, fakta bahwa Emnetwiht yang tidak punya kekuatan apa-apa punya cara untuk mengalahkan musuh kuat yang mereka hadapi itu benar. Dengan mempertimbangkan hal ini, paling tidak beberapa kebenaran bisa saja memang ada di antara teori-teori yang tersebar.
527 tahun lalu, di dalam istana Kerajaan Suci, titik pusat dari wilayah kekuasaan manusia, mereka muncul. Bagaimana wujud dari mereka, atau apa mereka itu sebenarnya, sekali lagi buku-buku sejarah mengeluarkan banyak teori. Contohnya, mereka adalah materialisasi dan kutukan yang berasal dari manusia itu sendiri. Atau senjata penghancur rahasia yang sedang dikembangkan yang hilang kendari. Atau, entah bagaimana, adalah gerbang neraka yang terbuka dan isinya tumpah ke dunia. Atau mereka adalah alat pembersihan diri, yang terletak di dasar neraka sejak dunia ini terbentuk, yang tiba-tiba terbangun.
Setelah kemunculan mereka, banyak orang membuat teori-teori gila mereka sendiri. Setengahnya mungkin hanya bercanda, tapi beberapa benar-benar berusaha keras untuk mencari kebenarannya. Di kepala mereka, dunia akan segera berakhir, tidak ada teori yang bisa merubah hal itu. Bahkan jika teori 'sebuah tomat di ladang kentang tidak akan tahan dengan kesendirian dan mengalami evolusi super' terbukti benar, itu tak akan merubah apapun.
Yang terpenting, mereka adalah penjajah. Mereka adalah pembunuh. Mereka adalah simbol dari ketidakadilan dan ketidakrasionalan yang sesungguhnya. Dengan wujud 17 spesies Beast (monster) yang berbeda, mereka mulai menghancurkan dunia dengan kecepatan yang mengerikan. Emnetwiht tidak bisa melakukan apapun terhadap ancaman baru ini. Hanya dalam beberapa hari, 2 benua menghilang. Seminggu kemudian, peta kehilangan maknanya. Bahkan dikatakan tidak sampai setahun sejak kemunculan mereka, umat manusia telah punah.
Para Beast tidak berhenti setelah menghancurkan umat manusia. Para elf berjuang memepertahankan hutan mereka yang luas, dan mati. Para Moleian berjuang mempertahankan gunung-gunung suci mereka, dan mati. Para Dragon berjuang mempertahankan martabat mereka sebagai makhluk hidup paling tinggi di jagat raya, dan mati.
Semua di permukaan bumi menghilang dengan mudahnya seperti sebuah lelucon yang kejam. Tidak butuh waktu lama bagi para ras yang masih hidup untuk menyadari satu hal, tidak ada masa depan bagi mereka di sana. Jika mereka ingin hidup, mereka harus kabur ke tempat yang jauh. Ke tempat dimana para taring jahat para Beast tidak bisa menjangkau mereka lagi. Ke langit.
No comments:
Post a Comment