Sunday, April 26, 2015

Gips dan Pertanyaan Bodoh

Sumber: pengalaman sendiri dan investigasi ala Dipong.

Jadi hari ini aku mau sedikit cerita soal gips, bukan batu mulia loh, tapi gips yang biasanya dipakai kalau lagi patah tulang atau alasan medis lain. Aku bikin post ini karena banyak pertanyaan dari orang-orang sekitar yang sebenernya terdengar biasa tapi sekarang aku jadi sensitif setiap kali dengar itu. Entah kenapa aku baru puas kalau aku jawab, "pertanyaan bodoh" dengan nada datar dan muka sinis. Jahat kurang ajar memang.

Dalam kasus patah tulang, gips biasa dipakai untuk membantu imobilisasi eksternal di bagian yang sedang patah. Kalau kamu patah tulang, bagaimanapun patahnya pasti akan dilakukan prosedur pengembalian posisi tulang ke tempatnya semula atau yang mendekati dengan keadaan semula. Setelah itu si tulang nggak boleh ada pergerakan dengan harapan tulang akan lebih cepat memperbaiki dirinya sendiri dan bisa difungsikan seperti sedia kala. Kalau tulangnya gerak terus patahannya miring, nyambungnya ya miring. Nah biar nggak gerak-gerak ini salah satunya bisa pakai gips.



"Gips itu dari semen ya? Berarti pas dipasang kaki kamu ditaruh di cetakan kayak bikin batako gitu?"

...

Jujur aja sebelum aku kecelakaan aku nggak tau gips itu bikinnya gimana dan aku pernah juga kepikiran apa ada cetakan kaki yang bisa diatur panjang dan lebarnya, tapi karena itu cuma pertanyaan yang sekedar lewat aku nggak caritau lebih lanjut. Tapi setelah tau gips itu kayak apa, tiap kali ada yang tanya pertanyaan di atas rasanya pingin aku tonjok. Aku nggak mempermasalahkan pertanyaan mereka, tapi kemampuan mereka buat menanyakan itu. Saya manusia, bukan batako.

Gips banyak macamnya, ada yang berat, ada yang enteng, ada yang tahan air, ada yang nggak tahan air, dan lain sebagainya. Yang aku pakai sih dari kapur (ini kata dokternya lol, aslinya yang berbahan kalsium sulfat anhidrus (kristal gypsum)) jadi keras, dan nggak tahan air. Sebelum dipakaikan, kakiku diberi lapisan yang bisa menyerap keringat. Bentuknya kayak kaus kaki gitu, ada yang teksturnya seperti spons tipis, ada yang kayak kasa tapi tebel. Pada bagian yang patah biasanya ditambahkan softban (kapas gulung, bayangin gulungan tisu toilet tapi bukan tisu, kapas) atau bantalan lain, baru dilapis gips di luarnya.


Apa pakai cetakan batako? Nope. Gips ini ya kayak kasa tapi ada kapurnya, bentuknya gulungan. Cara dipakainya gips direndam dulu di air sampai keluar gelembung udara, lalu diperas agar gipsnya nggak terlalu "encer". Setelah itu dibalutkan secara melingkar ke tubuh sambil dihaluskan permukaan luar dan tepinya. Nggak lama gips bakal kering dan keras, tapi untuk benar-benar kering gips butuh waktu 24-72 jam, jadi kalau belum lepas 72jam dari pemasangan gips baiknya lebih behati-hati. Jadi, nggak ada cetakan batako, semen mungkin masuk akal, tapi cetakan batako.. Just no.

"Kamu nggak kesemutan, kemeng, gatel, atau sakit pakai itu?"

Pertanyaan bodoh.

Kamu bisa bilang aku adalah orang judes yang nggak tau diri, tapi lelah juga ditanyai pertanyaan sama hampir semua orang yang ketemu kamu, bahkan sama orang yang nggak kamu kenal, yang sebenernya jawabannya udah pasti. Awal-awal sih senang banyak yang peduli, dan aku juga senang karena bisa sok kuat dengan bilang, "kadang-kadang aja kok sakitnya, sekarang nggak papa" sambil senyum lebar hahaha. Tapi lama-lama sebel juga. Analogi sederhana, coba pakai sepatu dan nggak kamu lepas selama satu bulan. Kurang lebih begitulah nggak nyamannya. Ada seseorang yang suka jengukin aku, aku seneng dia jenguk, tapi pertanyaannya tiap jenguk sama, "sakit? gatel?". Ditanya 1000kalipun rasanya juga nggak bakalan berubah.

Beginilah keadaan, memang sakit karena gips itu keras. Kesemutan dan kemeng jelas karena nggak boleh gerak ya nggak gerak kan artinya. Gatal, sekalipun nggak pakai gips pasti kulit kamu pernah gatal kan? Semua yang pakai gips harus belajar tahan akan itu. Yang biasa aku lakukan kalau merasa nggak nyaman, ya nggak ada. Aku hanya akan berusaha berdamai dengan diriku sendiri, menyibukkan diri, menganggurkan diri, apapun yang bikin pikiran damai dan lupa sama rasa nggak nyamanku.

"Nanti kalau mau dilepas itu dipalu sampai pecah ya? Kan itu keras banget"

I cant even... :'>

Kaki kamu kalau sehat terus diperlakukan kayak gitu apa ya ndak bahaya toh? :') Salut lah sama pikiran hebatmu, tapi perlukah ditanyakan yang seperti itu? Dan itu diucapkan bukan dengan nada bercanda. Anehnya lagi banyak juga yang tanya begini. Cara ngelepas gips kalau di tempatku dibelah pakai gergaji listrik kayak gergaji keramik yang mata pisaunya bundar. Aku nggak tau gergajinya emang aman atau kemampuan nggergaji gips udah jadi kemampuan dasar seorang dokter jadi dia nggak bakal bikin kesalahan, tapi kamu nggak perlu khawatir gergajinya bakal ngelukain kulitmu. Parno waktu di gergaji itu jelas, tapi kulitmu didalamnya nggak bakal kenapa-napa kok.

Oh ya kemarin ketemu adik kecil yang mau lepas gips juga tapi dia caranya direndem air. Emang gipsnya kecil sih punya dia hahaha.

Yah, itu

Intinya, pandailah bertanya. Kamu nggak mau kan dicap bego karena pertanyaanmu? Misal kamu lihat ada durian terus dengan serius kamu tanya, "itu nangka kan? kok kecil ya?" padahal kamu tinggal di Indonesia yang nangka ama duriannya melimpah ruah. Aku rasa aku ngerti rasanya orang yang buta warna terus ditanyain "ini warna apa hayo?", atau orang yang biasa pakai kacamata terus pas kacamatanya ilang ditanyain "ini berapa hayo?". Tentu pertanyaan-pertanyaan itu pernah terlintas di kepalamu, aku pun juga sama. Tapi sekali lagi perlukah kamu tanyakan? Pikirkan gimana perasaan orang yang kamu tanyain kayak begitu, seriously, itu menyebalkan.
Analogi lain, kamu lihat-lihat katalog di olshop, disana udah tertera jelas barangnya, ukurannya, warnanya, harganya, sampai cara order tapi kamu masih komen, "ini berapa ya sis? ukuran L ada?"

Be smart lah.

But, nggak semua orang kayak aku kok. Ada yang woles, ada yang cuek, dan sebagainya. Ini cuma curhatan.

sayadipong 13:47

No comments:

Post a Comment