Sumber: pengalaman sendiri dan investigasi ala Dipong.
Jadi hari ini aku mau sedikit cerita soal gips, bukan batu mulia loh, tapi gips yang biasanya dipakai kalau lagi patah tulang atau alasan medis lain. Aku bikin post ini karena banyak pertanyaan dari orang-orang sekitar yang sebenernya terdengar biasa tapi sekarang aku jadi sensitif setiap kali dengar itu. Entah kenapa aku baru puas kalau aku jawab, "pertanyaan bodoh" dengan nada datar dan muka sinis. Jahat kurang ajar memang.
Dalam kasus patah tulang, gips biasa dipakai untuk membantu imobilisasi eksternal di bagian yang sedang patah. Kalau kamu patah tulang, bagaimanapun patahnya pasti akan dilakukan prosedur pengembalian posisi tulang ke tempatnya semula atau yang mendekati dengan keadaan semula. Setelah itu si tulang nggak boleh ada pergerakan dengan harapan tulang akan lebih cepat memperbaiki dirinya sendiri dan bisa difungsikan seperti sedia kala. Kalau tulangnya gerak terus patahannya miring, nyambungnya ya miring. Nah biar nggak gerak-gerak ini salah satunya bisa pakai gips.
Sunday, April 26, 2015
Sunday, April 5, 2015
Again, Nulis Surat Ternyata Nggak Gampang
Setelah dapat surat (baca disini postnya), sekarang saatnya balas surat yeeeey!
Oke karena Si Sari ini pakai amplop dan kertas surat yang fancy, jadi aku harus pakai yang fancy juga. Rasanya nggak niat banget kalau cuma pakai kertas hvs atau folio bergaris atau bahkan nyobek dari buku terus dibungkus amplop putih yang ada lemnya yang biasa buat ngasi duit kalau lagi arisan. Aku ingat dulu waktu SMP aku sama adikku suka nyimpen kertas surat yang sepaket sama amplopnya, motifnya sama gitu loh. Tapi begitu aku cek ternyata.. mereka semua alay. Ya. Alay. Banget. Ada yang bunga-bunga norak, ada yang terlalu banyak hiasannya sampe space buat nulis suratnya jadi dikit banget, ada sih yang lucu motif minimalis tapi kertasnya 10x20cm, yakali...
Nggak ada yang bagus, jadilah aku thawaf di toko buku seantero Malang, cuma Dian Ilmu, Togamas, Royal ATK, sama Gramedia aja sih. Ya, dengan gips di kaki dan kruk di kedua tangan aku berjalan-jalan mengitari toko buku, DAN TERNYATA NGGAK ADA YANG JUAL! Ada sih tapi ya sama alaynya kayak koleksi SMPku, kalau nggak alay ya cuma kertas putih bergaris macam folio bergaris terus diatasnya ada gambar kecil gunung bromo atau penari bali. Itupun cuma di 1 toko. Serius deh, apa surat-suratan udah sebegitu langkanya sampe-sampe susah banget cari kertas surat? Atau mungkin aku yang nggak becus carinya? Masku punya temen yang kerja di kantor pos dan kata dia di kantor pos nggak jual kertas surat, adanya di toko buku. Oke.
Oke karena Si Sari ini pakai amplop dan kertas surat yang fancy, jadi aku harus pakai yang fancy juga. Rasanya nggak niat banget kalau cuma pakai kertas hvs atau folio bergaris atau bahkan nyobek dari buku terus dibungkus amplop putih yang ada lemnya yang biasa buat ngasi duit kalau lagi arisan. Aku ingat dulu waktu SMP aku sama adikku suka nyimpen kertas surat yang sepaket sama amplopnya, motifnya sama gitu loh. Tapi begitu aku cek ternyata.. mereka semua alay. Ya. Alay. Banget. Ada yang bunga-bunga norak, ada yang terlalu banyak hiasannya sampe space buat nulis suratnya jadi dikit banget, ada sih yang lucu motif minimalis tapi kertasnya 10x20cm, yakali...
Nggak ada yang bagus, jadilah aku thawaf di toko buku seantero Malang, cuma Dian Ilmu, Togamas, Royal ATK, sama Gramedia aja sih. Ya, dengan gips di kaki dan kruk di kedua tangan aku berjalan-jalan mengitari toko buku, DAN TERNYATA NGGAK ADA YANG JUAL! Ada sih tapi ya sama alaynya kayak koleksi SMPku, kalau nggak alay ya cuma kertas putih bergaris macam folio bergaris terus diatasnya ada gambar kecil gunung bromo atau penari bali. Itupun cuma di 1 toko. Serius deh, apa surat-suratan udah sebegitu langkanya sampe-sampe susah banget cari kertas surat? Atau mungkin aku yang nggak becus carinya? Masku punya temen yang kerja di kantor pos dan kata dia di kantor pos nggak jual kertas surat, adanya di toko buku. Oke.
Friday, April 3, 2015
A Letter from Completely Stranger
I've never known that receiving a letter from completely stranger can be this exciting
Beberapa hari yang lalu aku dikagetkan sama seonggok kertas yang tergeletak di depan pintu rumah. Kukira brosur bimbingan belajar atau promo kampus mana, ternyata itu surat. Di jaman digital begini, apalagi buat aku yang nggak pernah kirim-kiriman surat, dapet surat itu punya sensasi tersendiri, apalagi waktu lihat tulisan penerimanya ternyata aku, dan lihat dari perangkonya, China. ALAMAK.
Sebelum ini, aku emang banyak chatting sesama penggemar anime, nggak cuma dari Indonesia tapi dari seluruh dunia juga. Nggak lama banyak dari mereka yang "pensiun" di chatting tapi hijrah ke skype. Sama aja chatting sih sebenernya. Berhubung ngomong sama mereka lumayan asyik aku jadi bikin skype juga, dan nggak lama kontak skypeku penuh dengan orang asing yang, boro-boro lihat muka aslinya mereka, nama skypenya aja pakai nama aneh (mostly nama karater anime). Jadi toh, status mereka tetap "stranger" meski hampir setiap hari aku ngomong sama mereka. Aku juga dimasukin grup-grup yang ngobrolnya tambah nggak karu-karuan topiknya. Nggak lama, seseorang yang nggak aku kenal di grup tiba-tiba bilang, "Who wants a letter from me?" Aku nyantai jawab, "me! me!" karena merasa dia guyon aja. Taunya dia beneran message aku dan minta alamat. Agak gimana gitu sih ngasih info pribadi ke orang yang nggak jelas juntrungannya, tapi toh aku mikir aku juga nggak rugi apa-apa. Informasi yang aku share cuma alamat sama nama depanku, nggak lebih. Kalaupun dia kirim paket isinya teror pasti diperiksa dulu di kantor pos, atau ngapain dia keluar duit banyak-banyak buat ngerjain aku, I am nobody to him (or her?) right?
And here it is, a real letter. My first letter. From Sari, China. (Nama diedit sedikit, yah meski entah itu nama asli atau bukan hahaha x'D)
Subscribe to:
Posts (Atom)