Saturday, February 14, 2015

Ruang 13 (2)

part1(hariH) | part2(H+1) | part3(Ruang 13-1) | part4(Ruang 13-2) | part5(Ruang 17 kamar 8) | part6(Operasi2) | part7(Damai) | part8(Salon) | part9(Operasi3) | part10(HappyBirthday!)

Welcome back to the 13rd room (2)

Hari-hariku yang panjang di ruang 13 masih berlanjut. Sekarang lebih baik karena sudah ada hape sama novel (meski udah kubaca berkali-kali). Disini aku bener-bener tau rasanya bosan dan nggak bisa ngapa-ngapain. Duduk nggak bisa, baca novel capek, main hape juga harus hemat-hemat karena kalau batreinya habis harus di charge di luar ruangan.

Oh ya, masih inget bapak-bapak di sebelah adek SMP yang ususnya dipotong kan? Kalau ada perawat lewat kadang aku suka tanya-tanya kenapa bapak itu berisik banget. Asli, hampir tiap menit bapak ini teriak-teriak nggak jelas. Ngeluh panas lah, dingin lah, sakit lah, nggak paham. Ternyata dia kena gegar otak, tapi bukan yang bikin hilang ingatan, itu bikin dia nggak sadar sama kelakuannya sendiri. Gara-gara bapak ini juga aku sempet mimpi buruk. Aku mimpi dikejar-kejar sama orang, orangnya suka teriak-teriak mirip banget sama bapak itu. Bangun-bangun, kamu tahu kan sensasi kayak jatuh dari kasur tapi ternyata kamu nggak jatuh dan akhirnya kakimu kram? Yap, kaki kananku, yang patah itu, kram, dan karena lagi di gips jadi nggak bisa diurut dan aku harus sabar-sabar nunggu kramnya ilang sendiri. Entah aku harus merasa gimana bisa bangun dari mimpi buruk tapi terus aku dapet mimpi buruk lainnya. Sejak mimpi itu, setiap kali ada perawat lewat aku nggak tanya-tanya lagi, tapi minta buat bapak itu dipindah kamar aja, tapi toh sampai aku pindah kamar bapak itu masih tetep disini. Pernah lho, dia diiket tangan sama kakinya karena nggak bisa diem dan bawaannya mau kabur terus. Entah harus kasian ato gimana.

But it was fun haha, ada ya orang begitu...



Selama aku disini, aku mulai mempertanyakan banyak hal. Daripada nyesel dan sedih kok aku harus ngalamin beginian, aku lebih ke.. bersyukur. Ya. Contoh kecil adalah temen-temenku yang ternyata care sama aku. Aku bukannya desperate sampe rasanya bahagia banget gara-gara dapet sms-sms kayak begitu, tapi, bahwa ternyata mereka masih peduli ketika aku jatuh, dan meski mereka belum bisa jenguk aku hampir setiap hari mereka sms dan tanya kapan aku bisa dijenguk.

Pelajaran besar lain ketika aku disini adalah, keluarga itu sesuatu yang nggak akan pernah meninggalkanmu, terutama ibu.Sudah peraturan disini kalau pasien nggak boleh dijenguk, tapi keluargaku, kakak, adek, om, tante, semuanya curi-curi kesempatan waktu jam makan buat jenguk aku. Meski cuma sebentar, meski cuma bilang, 'yang sabar ya, cepat sembuh', mereka datang. Mereka tau nomor hapeku, dan disini aku bisa telponan, tapi mereka datang. Aku juga tau beberapa dari mereka sempet cekcok sama satpam dan diusir. Masku, yang waktu itu masih ngurusin tesis pun setiap hari nginep di rumah sakit, ngurus surat ini itu buat aku, nemenin ibuku, the best brother ever :')

Dan ibu, aku nggak tau harus bilang gimana lagi. Meski umurku sudah 20 tahun, ibu tetep ngerawat aku kayak anak kecil. Pas alat bantu buang air kecilku dilepas dan aku nggak mau dibantu sama perawat untuk urusan buang air, tengah malem aku telpon ibuku beliau tetap datang, nggak marah, dan dengan lembut bilang, 'kalau ada apa-apa lagi telpon ya, ibu tunggu diluar'. I can only cry, i can only hug her and say I love you. I can only promise her that I will get better soon, and I will tell her if its hurt so I wont suffer alone. Saat itu aku bersyukur aku nggak dipindah kamar, aku bisa tahu dan bener-bener sadar betapa sayangnya ibu dan keluargaku sama aku, tanpa diganggu orang lain.

Dicintai itu, rasanya sampe bikin nangis..

Hari ke-5, tiba-tiba aku disuruh cek darah dan hasilnya bilang kalo Hb ku 5, padahal kalo orang normal itu sekitaran 10-12. Ibu bilang mukaku pucat banget, tapi aku ngerasa biasa aja, nggak merasa lebih pusing atau lebih lemes. Kalau daridulu aku kepingin banget donor darah tapi nggak pernah kesampean gara-gara berat badan kurang, sekarang aku harus terima darah orang. 2 kantung golongan darah O ditransfusikan ke tubuhku. Rasanya awalnya sakit karena darah lebih kental dari cairan infus jadi 'masuknya' lebih susah. Sampe transfusinya selesai pun, aku nggak ngerasa ada perubahan yang berarti. Biasa aja, nggak tambah seger atau tambah pusing. Tapi tetep belum bisa duduk juga sih..

Besoknya yang kebetulan jadwal visit dokterku, mereka semua heboh gara-gara Hbku kemarin. Sampe kayaknya ada dokter senior yang dateng buat meriksa keadaanku, karena mereka bilang itu aneh. Pasca operasi mereka periksa darahku dan semuanya normal, pendarahan di lukaku juga udah oke makanya aku nggak harus pake tabung tampung darah lagi, selain di kaki kananku aku nggak ada luka terbuka lain, aku juga nggak merasa pusing ato lemes berlebihan, dan nggak lagi haid juga. Akhirnya mereka bilang kalo aku kurang gizi, harus banyak makan. What a conclusion..

Pas visit dokter kali ini aku juga diberi hasil rontgen yang kemarin-kemarin dan kaget banget sama hasilnya. Kakiku keadaannya masi sama kayak waktu pertama kecelakaan. Masi patah nggak pada tempatnya, dan nggak ada tanda-tanda 'dilurusin' waktu dioperasi. Dokter pun ngejelasin kalau operasi pertama kemarin cuma bersihin luka, buang jaringan-jaringan yang mati, sama jahit kakiku yang sobeknya hampir melingkar. Mereka bilang kalau kaki kananku sekarang lebih pendek sekitar setengah senti karena tulang keringku patah plus retak dan saling menjorok ke bagian patahan yang lain. Tulang betisnya juga miring nggak karuan sampe bisa nyobek kakiku. Dokter nggak bisa serta-merta 'menarik' kakiku karena lukaku lebar, kemungkinan infeksinya tinggi jadi tindakan sementaranya adalah pembersihan dan penjahitan luka, dan memposisikan tulangku ke arah yang paling mendekati keadaan semula. Artinya? Aku masih harus operasi lagi. Dokter bilang kalau lukaku udah kering mereka bakal pasang pen, plat platina yang 'dipasang' di bagian patahan tulang biar proses penyambungan kembalinya lebih cepat. Paling cepet seminggu, paling lambat 2 minggu setelah aku kecelakaan, dan cara biar luka cepat kering adalah, banyak makan. Sejak diberitau itu sampai hari jumat, yang artinya seminggu setelah aku kecelakaan, aku jadi makan banyak. Laper sedikit makan pisang dan selalu ada susu dan roti di kasurku.

Hari Jumat yang dinanti-nanti datang, dan ternyata tidak berjalan seperti yang kuharapkan. Jangankan berita tentang operasi, lukaku sama sekali nggak kering, malah warnanya jadi coklat yang bisa dibilang 'sekarat', satu step lagi menuju hitam yang artinya selnya mati dan harus dibuang. Dokter bilang aku harus nunggu lagi, kalau aku maksa operasi dan terjadi infeksi aku bakal tambah lama di rumah sakit. Kukira paling lama aku seminggu disini, ternyata aku masih harus sabar lagi. Tapi, dibalik berita yang nggak mengenakkan itu, ruang rawat inap kelas 2 yang ditunggu-tunggu sudah ada yang kosong, aku pindah kamar! Selamat tinggal bangsal 13!

tsudzuku.

sayadipong 10:15

No comments:

Post a Comment