Monday, February 23, 2015

Berdamailah Dengan Dirimu Sendiri

part1(hariH) | part2(H+1) | part3(Ruang 13-1) | part4(Ruang 13-2) | part5(Ruang 17 kamar 8) | part6(Operasi2) | part7(Damai) | part8(Salon) | part9(Operasi3) | part10(HappyBirthday!)

Pasca operasi ke-2 adalah masa-masa aku labil, kayak anak kecil, bahkan meragukan kasih sayang tuhan. Semuanya seolah nggak berpihak sama aku. Sebelum kecelakaan aku termasuk anak yang nggak pernah di rumah, selalu ada kegiatan sampe kadang aku capek sendiri sama kegiatan-kegiatanku. Mulai dari kuliah, jadi asisten praktikum, latihan dance sama anak-anak muse tail, latihan karawitan, kalo nganggur juga main ke toko bunga beli taneman atau pupuk, sekarang aku duduk aja nggak bisa, mau apa-apa harus minta tolong orang lain. Buat urusan makan, ganti baju, bahkan buang air aja nggak bisa sendiri. Stres! Nggak guna! Istilahnya, ini masa-masa berat aku di rumah sakit. 2 minggu kemarin aku termasuk enjoy ngejalanin kehidupanku disini. Kata ibuku, aku nggak depresi atau sedih alay, nggak meraung-raung, malah terkesan menganggap ini guyonan dan sesuatu yang keren. Kapan lagi kecelakaan? Kapan lagi masuk rumah sakit? Kapan lagi temen-temen suka bawain makanan? Ya, saya memang nggak normal.

Sejak operasi, aku nggak lagi jadi pendongen buat para penjengukku. Aku jawab seadanya aja kalau mereka tanya, selebihnya aku cuma dengerin celotehan mereka. Kalau malem-malem nggak bisa tidur aku nggak bisa lagi diem tenang, suka gerak-gerak, rame sendiri sampe ibuku pernah marah, 'kalau kamu nggak tenang kayak gini ibu pulang lho!' Ampun deh, nggak lagi-lagi aku ribut malem-malem. Tapi tetep aja, kayaknya insomniaku nggak bakal sembuh kalau aku nggak keluar dari rumah sakit.

Friday, February 20, 2015

Kakiku bolong, operasi ke-2

part1(hariH) | part2(H+1) | part3(Ruang 13-1) | part4(Ruang 13-2) | part5(Ruang 17 kamar 8) | part6(Operasi2) | part7(Damai) | part8(Salon) | part9(Operasi3) | part10(HappyBirthday!)
Rabu, 29 Oktober 2014

Jadwal rawat luka dan visit dokter.

Dokter bilang luka terbukaku jadi hitam, artinya selnya mati, harus dibuang. Sebagian dagingku bakal dibuang :'p dan kalau yang dibuang banyak nanti bakal dilakuin cangkok kulit. Astaga naga. Meksi luka jahitannya uda kering dan benang jahitnya uda dibuang tapi luka yang lebar itu masih belum, malah tambah parah aja keadaannya. Nggak pake ba bi bu aku langsung dijadwalkan operasi besok karena kalo nggak segera dibuang itu daging mati bisa infeksi nanti.

Dokter juga bilang, kalau gini terus bisa tambah lama aku disini cengo cuma nungguin luka kering biar bisa dipasang pen, akhirnya dokter ambil keputusan buat 'narik' tulangku biar panjang kakiku sama. Caranya? Tumitku dilubangi dan 'diisi' semacam silinder platina yang tembus dari sisi kiri ke sisi kanan, dari silinder itu dihubungkan sama semacam katrol yang uda digantung beban, tahap awal bebannya 7 kg. Memang cara ini lama, sekitar 2-5minggu tergantung perkembangan tulangnya, tapi bagus karena tulangku yang saling tumpang tindih ini bakal balik ke posisinya semula dengan cara yang lebih alami daripada ditarik waktu operasi atau dipaksa lurus sama pen. Pada dasarnya otot di bagian kaki kita itu yang paling kuat diantara otot-otot yang lain, karena tiap hari menopang beban berat badan tubuh, itu juga kalo nggak bawa apa-apa. Kalau uda terlanjur panjangnya nggak sama gini karena trauma, asal tarik juga bisa jadi resiko, ada juga kemungkinan ototnya balik pendek lagi setelah ditarik. Jadi sambil menyelam minum air, nunggu luka kering, tulang jadi agak lurus juga.

Tuesday, February 17, 2015

Ruang 17 kamar 8

part1(hariH) | part2(H+1) | part3(Ruang 13-1) | part4(Ruang 13-2) | part5(Ruang 17 kamar 8) | part6(Operasi2) | part7(Damai) | part8(Salon) | part9(Operasi3) | part10(HappyBirthday!)

Sabtu, 25 Oktober 2014, 10:00

Pagi itu, perawat sama ibuku datang ke kasurku, aku kira bakal transusi darah lagi tapi ternyata kasurku dibuka kunci rodanya terus didorong, dan perawat bilang kabar gembira, "Kamu pindah kamar"

HORE!

Yang dipikiranku waktu itu, akhirnya aku nggak harus cengo selama 22jam lagi! Anggap aja waktu makan 3 kali, mandi, sama injeksi obat itu kalau digabung jadi 2 jam hahaha. Keluar dari ruangan ini, aku bener-bener ngerasain sejuknya udara luar plus cuci mata sama tanaman-tanaman yang ditanam di pinggir-pinggir lorong rumah sakit, meski cuma sebentar dan akhirnya sampailah aku di ruanganku yang baru, Ruang 17 kamar 8 kasur nomor 1. Ruangan ini isinya 3 pasien saling jejer, posisiku kebetulan paling deket sama pintu masuk ruangan. Tetanggaku, sesuai bayanganku mereka semua sudah tua. Sebelahku, di kasur yang tengah ada Oma-oma, yang kayaknya judes dan galak, terus sebelahnya lagi ibu-ibu, yang ini kelihatannya ramah sih, syukurlah.

Hari pertama aku disini aku nggak begitu banyak ngobrol sama mereka berdua, paling cuma kenalan sama sharing ini sakit apa dan kenapa. Ternyata Oma sebelah sakit batu empedu, pas aku disini orangnya baru balik operasi, yang Ibu di pojokan kena tumor payudara, sama juga nasibnya di php jadwal operasi yang bikin beliau uda nginep di ruangan ini selama 2 minggu. Abis itu ibuku sibuk nata barang-barang sama ngabarin keluarga, aku sibuk sama hape, sms alay ke teman-teman bahwa aku sudah bisa dijenguk dan kangen banget sama mereka hahaha. Mulai hari ini aku bener-bener menanti jam 4 sore, jam besuk.

Saturday, February 14, 2015

Ruang 13 (2)

part1(hariH) | part2(H+1) | part3(Ruang 13-1) | part4(Ruang 13-2) | part5(Ruang 17 kamar 8) | part6(Operasi2) | part7(Damai) | part8(Salon) | part9(Operasi3) | part10(HappyBirthday!)

Welcome back to the 13rd room (2)

Hari-hariku yang panjang di ruang 13 masih berlanjut. Sekarang lebih baik karena sudah ada hape sama novel (meski udah kubaca berkali-kali). Disini aku bener-bener tau rasanya bosan dan nggak bisa ngapa-ngapain. Duduk nggak bisa, baca novel capek, main hape juga harus hemat-hemat karena kalau batreinya habis harus di charge di luar ruangan.

Oh ya, masih inget bapak-bapak di sebelah adek SMP yang ususnya dipotong kan? Kalau ada perawat lewat kadang aku suka tanya-tanya kenapa bapak itu berisik banget. Asli, hampir tiap menit bapak ini teriak-teriak nggak jelas. Ngeluh panas lah, dingin lah, sakit lah, nggak paham. Ternyata dia kena gegar otak, tapi bukan yang bikin hilang ingatan, itu bikin dia nggak sadar sama kelakuannya sendiri. Gara-gara bapak ini juga aku sempet mimpi buruk. Aku mimpi dikejar-kejar sama orang, orangnya suka teriak-teriak mirip banget sama bapak itu. Bangun-bangun, kamu tahu kan sensasi kayak jatuh dari kasur tapi ternyata kamu nggak jatuh dan akhirnya kakimu kram? Yap, kaki kananku, yang patah itu, kram, dan karena lagi di gips jadi nggak bisa diurut dan aku harus sabar-sabar nunggu kramnya ilang sendiri. Entah aku harus merasa gimana bisa bangun dari mimpi buruk tapi terus aku dapet mimpi buruk lainnya. Sejak mimpi itu, setiap kali ada perawat lewat aku nggak tanya-tanya lagi, tapi minta buat bapak itu dipindah kamar aja, tapi toh sampai aku pindah kamar bapak itu masih tetep disini. Pernah lho, dia diiket tangan sama kakinya karena nggak bisa diem dan bawaannya mau kabur terus. Entah harus kasian ato gimana.

But it was fun haha, ada ya orang begitu...

Sunday, February 8, 2015

Ruang 13 (1)

part1(hariH) | part2(H+1) | part3(Ruang 13-1) | part4(Ruang 13-2) | part5(Ruang 17 kamar 8) | part6(Operasi2) | part7(Damai) | part8(Salon) | part9(Operasi3) | part10(HappyBirthday!)

Welcome back to the 13rd room

Warning, mungkin ada beberapa bagian yang agak gross, karna aku pengen nyeritain bener-bener pengalamanku disini hahahaha.

Oke, Pertama aku mau cerita dulu keadaanku dan tetangga-tetanggaku di ruangan ini.

Aku kasur nomor 14 dari 20 pasien yang dirawat disini. Kasurku di pojokan jauh dari pintu masuk, di sebelah kiriku ada pasien, di sebelahnya ada lagi 1, di sebelahnya lagi meja buat para perawat sama dokter. Di meja sana ada TV sama Jam, jadi deal aku nggak bisa lihat tv maupun jam selama aku disini. Di sebelah kananku ada ruangan lagi, tapi cuma disekat sama kaca jadi aku bisa lihat ke dalam dan yang di dalam juga bisa lihat keluar. Di dalem ruangan itu ada 2 pasien, mereka semua pake alat bantu nafas dan selama aku di ruang 13 aku sering melototin mereka berdua dan sadar kalau mereka bergerak amat sangat jarang. Keluarga mereka boleh nungguin, meski cuma 1 orang per pasien, ditambah lagi ruangan itu ruangan terpojok, means ada jendela disana tapi nggak pernah dibuka, malah ditutupin semacem papan jadi nggak ada sinar matahari masuk, and yeah, lampu di ruangan kecil itu selalu mati, kontras sama ruang besar di sebelahnya yang selalu terang benderang. And i jumped into a conclusion, mereka sakit keras.

Friday, February 6, 2015

Day+1

part1(hariH) | part2(H+1) | part3(Ruang 13-1) | part4(Ruang 13-2) | part5(Ruang 17 kamar 8) | part6(Operasi2) | part7(Damai) | part8(Salon) | part9(Operasi3) | part10(HappyBirthday!)

Jumat, 17 Oktober, 09:00

Akhirnya aku sadar. Sensasi pertamakali pasca operasi adalah: ngantuk dan badan rasanya berat banget. Tapi waktu itu aku uda bisa noleh, gerakin tangan, sama mikir, buktinya aku bisa baca jam dan waktu itu uda jam 9 hahaha. Lama juga ya... 5jam... Aku bangun dengan keadaan pake masker plastik dan tangan kanan kiri diiket, kata dokter waktu dioperasi meski udah dibius aku tetep gerak-gerak jadi harus diiket. My god. Untungnya karena aku udah bisa respon dokter dan udah bisa noleh-noleh, dokter ngelepas masker plastik sama iketan di tanganku, tapi aku masih harus nunggu sebentar lagi buat last check sama nunggu reaksi obat biusnya ilang dulu.

Meski ngantuk, aku nggak bisa tidur. Alhamdulillah kakiku udah nggak begitu sakit lagi. Disana pasiennya cuma aku dan dokternya banyak ngumpul di meja di pojok ruangan, mereka lagi makan ayam bakar. Entahlah, nasi bungkus, ayam (aku tau itu ayam meski dari kejauhan) dan merah, apalagi coba kalu bukan ayam bakar? XD Aku nggak ngerti ini ruangan apa, dimana, tapi 2 jam disana rasanya cepet banget padahal aku nggak mikir sama sekali gara-gara masi cengo. Akhirnya jam 11 aku dikeluarin dari ruangan.

Tuesday, February 3, 2015

The Day

part1(hariH) | part2(H+1) | part3(Ruang 13-1) | part4(Ruang 13-2) | part5(Ruang 17 kamar 8) | part6(Operasi2) | part7(Damai) | part8(Salon) | part9(Operasi3) | part10(HappyBirthday!)

Kamis, 16 Oktober 2014, 20:45

Yap, kurang lebih 3setengah bulan yang lalu. 
Hari-hariku waktu itu normal, pagi kencan sama kebun di rumah, siang di kampus, sore sampe malem jadi guru les privat ato nggak kumpul sama anak-anak. Hari itu, Kamis, aku dapet jam ngajar malem mulai jam 7 sampe setengah 9 di Sawojajar 2, agak jauh emang sekitar 45 menit naik motor dari rumahku di dinoyo. Pas berangkat ngajar uda dibikin bete sama macet gara-gara ada demo jalan 1 arah dari siang, daripada cengo kejebak macet surem sebel diem aku lebih milih jalan muter lewat jalan tikus yang bikin perjalanan jadi 2kali lipat lebih lama. Sampe di tempat les an, mood uda baik ketemu adek les, terus ya ngajar deh kayak biasanya.

Malem itu, entah kenapa aku lebih ngantuk dari biasanya. Udah beberapa kali sih aku ngajar di Sawojajar jam malem, bukan karena sengaja tapi emang aku sama si adek bisanya malem. Biasanya kalo waktu ngajar ngantuknya setengah mati, waktu pulang pas udah di motor ngantuknya ilang. Tapi kayaknya malem itu aku lagi bener-bener teler, dan bego. Dari awal aku udah mikir, 'aduh ngantuk nih, ngantuk, kalo jatuh gimana ya.. eh nggak lah nggak mungkin jatuh, pasti selamat' gitu terus sampe setengah perjalanan, sampe ngelewatin rumah sakit, lewat doang, soalnya kalo pulang lewat rumah sakit haha.