Pasca operasi ke-2 adalah masa-masa aku labil, kayak anak kecil, bahkan meragukan kasih sayang tuhan. Semuanya seolah nggak berpihak sama aku. Sebelum kecelakaan aku termasuk anak yang nggak pernah di rumah, selalu ada kegiatan sampe kadang aku capek sendiri sama kegiatan-kegiatanku. Mulai dari kuliah, jadi asisten praktikum, latihan dance sama anak-anak muse tail, latihan karawitan, kalo nganggur juga main ke toko bunga beli taneman atau pupuk, sekarang aku duduk aja nggak bisa, mau apa-apa harus minta tolong orang lain. Buat urusan makan, ganti baju, bahkan buang air aja nggak bisa sendiri. Stres! Nggak guna! Istilahnya, ini masa-masa berat aku di rumah sakit. 2 minggu kemarin aku termasuk enjoy ngejalanin kehidupanku disini. Kata ibuku, aku nggak depresi atau sedih alay, nggak meraung-raung, malah terkesan menganggap ini guyonan dan sesuatu yang keren. Kapan lagi kecelakaan? Kapan lagi masuk rumah sakit? Kapan lagi temen-temen suka bawain makanan? Ya, saya memang nggak normal.
Sejak operasi, aku nggak lagi jadi pendongen buat para penjengukku. Aku jawab seadanya aja kalau mereka tanya, selebihnya aku cuma dengerin celotehan mereka. Kalau malem-malem nggak bisa tidur aku nggak bisa lagi diem tenang, suka gerak-gerak, rame sendiri sampe ibuku pernah marah, 'kalau kamu nggak tenang kayak gini ibu pulang lho!' Ampun deh, nggak lagi-lagi aku ribut malem-malem. Tapi tetep aja, kayaknya insomniaku nggak bakal sembuh kalau aku nggak keluar dari rumah sakit.