part1(hariH) | part2(H+1) | part3(Ruang 13-1) | part4(Ruang 13-2) | part5(Ruang 17 kamar 8) | part6(Operasi2) | part7(Damai) | part8(Salon) | part9(Operasi3) | part10(HappyBirthday!)
Yaah.. Aku nyadar sih, kecelakaan yang aku alamin itu tanggal 16 Oktober 2014, berarti sekitar 5 bulan lalu kurang sedikit, kok baru diceritain sekarang? Kan kaseb banget ya udah 5 bulan.
Alasannya?
Mari bercerita kembali..
Jadi awal-awal aku pulang, jelaslah aku bahagia banget. Pertamakalinya aku merasa rumahku surgaku ya waktu itu deh! Meski harus merubah beberapa hal kayak pindah kamar ke kamar ibuku yang ada kamar mandi dalemnya karena keterbatasan gerakku, atau sekarang rumah nggak boleh kosong, minimal aku harus ada yang nemenin 1 orang, dan sebagainya, but its ok. Selama ini rumah, aku yakin aku nggak bakal mati bosan disini!
TERNYATA ITU SALAH BESAR
Mau di rumah sakit atau di rumah, namanya bosan ya bosan. Meski di rumah, tetep aja aku bosan. Kalau di rumah sakit, jadwal makan, visit perawat, bersih-bersih kamar, jam besuk, dan jadwal-jadwal lainnya adalah sesuatu yang aku nantikan, diluar itu ya kadang-kadang aku baca buku, ngobrol sama ibu atau tetangga (yang kalau tetangganya enak diajak ngobrol), main hape, kalau nggak ya cengo diem bete. Di rumah jadwal-jadwal itu nggak ada, kecuali rawat luka, itupun aku yang ke rumah sakit atau ke bidan deket rumah. Di rumahku nggak ada pembantu, jadi kalau pagi ya heboh semua adek dua-duanya kuliah sama sekolah, kakak kuliah, ibu masak dan beres-beres, bapak nggak tentu ada di rumah. Lepas jam 7 sepi banget dah rumah, kadang cuma aku sama ibu. Kalau di rumah sakit kan ibu jagain aku 24 jam, di rumah ya ibu kerjain kerjaan rumah, belum lagi abis ditinggal sebulan ini rumah bener-bener kayak kapal pecah jadi ibuku beresin semua. Aku? Ya nongkrong di kasur. Tidak punya tetangga untuk diajak bicara, tidak ada cleaning service yang diajak guyonan, tidak ada perawat lewat buat dikecengin. TV pun, ah kamu pasti tau TV Indonesia kayak apa. Ada sih sesekali teman jenguk, tapi nggak pernah lama sampai berjam-jam.
Kaki kananku belum boleh dibuat napak, jadi harus digantung. Seperti yang aku bilang sebelumnya, kakiku di gips dari telapak kaki sampai setengah paha, untungnya (dan emang udah seharusnya sih) di bagian lutut itu dibuat agak nekuk, nggak lurus 100% jadi kaki kananku memang secara alami lebih pendek karena lututnya nekuk, aku nggak harus keluarin energi ekstra buat sengaja gantungin kaki pas lagi jalan. Selama 20 tahun aku jalan pakai 2 kaki, tentu susah banget buat jalan pakai 3 kaki, 1 kaki sendiri yang 2 kruk, apalagi harus nahan nyeri yang semakin lama berdiri nyerinya semakin nggak karuan. Mana kalau jalan dari meja makan ke kamar, ke meja makan lagi itu udah capek banget.
Jadi apa yang aku lakukan? Bobo, internet, makan, internet, nonton film, bobo lagi, jarang banget belajar jalan. Internetnya ngapain? Nggak jauh-jauh lah palingan ke situs chatting (ini hampir 24jam aku on), fb, twitter, hipwee, blogwalking, browsing ngalur-ngidul, dan nggak nulis sama sekali di blog. Ya, sangat nggak produktif memang. Jujur aja selama di rumah sakit aku udah buat notes apa-apa aja yang bakal aku ceritain di blog nantinya, tapi tiap kali mau dituang disini itu,tulisannya rasanya hampa. Aku merasa tulisanku nggak bagus, nggak menarik, nggak enak dibaca, soulless, bahkan oleh aku sendiri, jadilah aku hiatus nulis.
Hobi-hobiku yang lain.. Cosplay, jelas nggak bisa. Karawitan, ke tempat latihannya yang repot, nggak kursirodaable, lagian juga pasti nggak boleh sama orang tua. Berkebun, berdiri aja susah, kebun nggak kursirodaable, nggak punya tanaman dalam ruangan, dan gipsku nggak boleh kena air, alasan kebersihan juga yang bikin aku hiatus ngebun. Untungnya tanamanku disiram sama Allah setiap hari, iya waktu itu kebetulan setiap hari hujan hahaha. Melukis, bisa sih sebenernya, tapi aku nggak bisa ngelukis di kamarku karena jalan ke kamarku itu nggak rata, maksutnya banyak lantai bertangga yang cuma 1 2 anak tangga, aku belum berani jalan-jalan di medan begitu pakai kruk, melukis di kamar ibuku nggak boleh karena nanti pasti kotor, pilihan terakhir ya melukis di ruang tamu, tapi aku ngelukisnya itu pakai cat minyak, nggak semua orang tahan sama baunya. Lagian ngelukis dengan posisi kaki nggak bisa ditekuk itu nggak nyaman.
FYI bulan November 2014 statusku masih mahasiswi semester 7 dan di kampusku semester 7 itu masih ada kuliah wajib 6 SKS sama harus ambil mata kuliah pilihan. Jadwalnya awal Desember aku UAS, once again aku beruntung boleh ikut UAS meski udah bolos 2 bulan, dengan syarat ngumpulin UTS susulan sama ikut kuliah pertemuan terakhir. Selama 2 minggu sebelum jadwal kuliah minggu terakhir aku nganggur di rumah, Belajar? Mengejar ketinggalan selama 2 bulan itu bukan hal yang mudah, minta ajarin sama temen? Ladalah mereka juga sebagian besar nggak paham kok, kebanyakan sih bilang, "coba baca dulu aja catetannya si A, dia rapi banget kalau nyatet kamu pasti paham deh". Saking banyaknya materi aku sampai sumpek dan akhirnya baru belajar H-2 UAS. Entah aku ini mahasiswi kurang diuntung, kurang ajar, atau kelewat woles.
Bagaimana aku ke kampus? Ada kerabat yang berbaik hati meminjamkan kursi rodanya ke aku, jadilah aku bisa ngampus, meski setiap kesana aku harus bawa banyak ajudan, yang dorongin, yang jaga depan, sama jaga samping. Kata-kata bu Asep benar, sahabat-sahabatku selalu ada buat dorongin aku ke kampus, setia juga bayangin gimana kalau misalnya aku diluncurin di jalanan turun atau tangga. Mereka adalah sahabat yang baik, tanpa diminta, tak kenal lelah, meski kadang-kadang malak di belakang, "Konsumsi dong, kamu itu berat!" Bercanda. Itu jauh lebih baik daripada aku harus jalan pake kruk ke kampus, bisa-bisa pingsan duluan. Di kampus ya, hm, aku berasa jadi artis dadakan, diliatin dan dikepoin terus gara-gara pakai kursi roda hahaha.
Minggu UAS ya aku fokus belajar meski seadanya, pas ujiannya juga aku jawab sebisaku, ala kadarnya, yang penting pede dan berdoa. Kalau boleh jujur sih, aku 11-12 sama temen-temen yang lain, kita-kita yang semester 7 ini uda di tahap males kuliah, nggak tau mau skripsi apa, mau kerja juga belum tau mau kemana, tapi tidak mau mengecewakan orang tua. Tatapannya kosong semua, setelah ujian ini berakhir dan kami lulus mata kuliah ini, kami akan ketemu skripsi. Habis melewati gerbang setan, sampai ke kota neraka! Iya aku tau itu lebay. Hari pengumuman KHS, doaku terjawab, aku lulus semua mata kuliah semester itu dan bisa fokus skripsi semester berikutnya. Alhamdulillah banget.
Akhir Desember, liburan semester. Aku lebih nganggur dan lebih nggak produktif daripada waktu sebelum UAS. Sampai akhir Januari aku bener-bener NEET (Not in Education, Employment, or Training).
Karena liburan, temen-temenku banyak yang pulang, banyak juga yang liburan. Tekanan mental banget waktu mereka ngerencanain liburan di FB, aku bisa baca itu semua trip-plan mereka, tapi aku nggak bisa ikut. Sedih banget, tapi yah mau gimana lagi, dan disinilah aku merasa jadi manusia paling galau di dunia.
Apa ya, aku merasa sakit mental aja, kayak kehilangan percaya diri buat hidup dengan apa adanya, merasa kehilangan target, kehilangan ambisi. Patah tulang, apalagi di kaki, efeknya nggak cuma di kaki. Aku merasa semua kesempatanku hilang, kalau di rumah sakit kan ya wajar kalau aku nggak bisa ngapa-ngapain, lha ini aku di rumah, tapi tetep aja nggak bisa ngapa-ngapain. Sedihnya dobel. Ngelihat sekitar kita yang beraktifitas normal kayak biasa, tapi aku cuma bisa duduk dan tiduran di kasur, mau kemana-mana ribet, harus ditemenin, sakit pula. Belum lagi di gips itu rasanya gatel pake banget, dan nggak bisa digaruk! Ugh! Sebulan aku galau-galauan deh, cari pelarian dengan ngobrol random di situs chatting atau temen-temen di skype, masih nggak nyentuh blog, nggak persiapkan skripsi sama sekali juga, udah jenuh duluan.
Sampai akhirnya aku jenuh sendiri sama kejenuhanku, aku mulai cari-cari tau tentang patah tulang. Ya, aku baru cari tau tentang patah tulang awal Februari, 2 setengah bulan setelah aku pulang dari rumah sakit. Ternyata niatku itu mengantarkanku pada blog yang ceritanya si penulis juga kecelakaan terus patah tulang sama kayak aku. Aku baca semua postnya, dan aku nggak jadi cari tau tentang patah tulang, aku mulai ngeblog, mengetik semua notes yang aku buat di rumah sakit, yang akhirnya aku sampai di post ini. Sebenernya masih banyak, tapi yah dengan kemampuan merangkai kata yang pas-pasan jadinya ya antri dulu.
Dari awal situlah, aku jadi sedikit lebih produktif dengan "ngenet bermanfaat", yang paling kentara sih ngurangin chatting. Skripsinya? belum, belum disentuh kok haha, tapi yah udah belajar-belajar lagi buat persiapan ujian kompre (Ujian Kompre di kampusku nggak bareng sama sidang, jadi bisa kompre duluan sebelum sidang, bahkan sebelum sempro). Karena akhirnya merasa bisa melakukan sesuatu meski terbatas, aku sekarang jadi lebih woles, nggak galau-galauan lagi, dan lebih banyak bersyukur daripada mengeluh hehe.
sayadipong 12:24
No comments:
Post a Comment